Keutamaan ilmu pengetahuan hanya dicapai dengan amal
Ketahuilah, bahwasanya orang alim yang tiada beramal dengan ilmunya akan dicabut keutamaannya. Ia tidak harus berbangga dengan firman Allah dan sabda Rasulullah yang membicarakan tentang keutamaan ilmu pengetahuan, lalu ia menganggap dirinya tergolong antara orang-orang yang diberikan keutamaan, disebabkan ia berilmu, padahal ia tidak beramal.
Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
"Belajarlah ilmu yang kamu kehendaki! Demi Allah, Dia tidak akan menerima daripada kamu, sehingga kamu beramal dengan apa yang kamu pelajari."
Sabdanya lagi:
“Siapa yang bertambah ilmunya, tetapi tiada bertambah petunjuknya, maka ia tiada akan bertambah melainkan jauh dari Allah."
Sebenarnya ilmu pengetahuan itu telah sampai ke martabat yang begitu tinggi di sisi Allah Ta'ala, ialah disebabkan ia mengandungi manfaat yang meluas bagi hamba-hamba Allah. Jika si alim itu tiada memanfaatkan ilmunya bagi dirinya sendiri, maka bagaimana ilmu itu dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Dengan ini jelaslah pula, bahwa keutamaan yang dikhususkan bagi orang yang berilmu itu akan batal, jika ia tiada beramal.
Sabda Rasulullah s.a.w.:
"Seberat-berat manusia yang menerima siksaan pada Hari Kiamat, ialah orang yang berilmu yang tidak dimanfaatkan Allah dengan ilmunya."
Nabi s.a.w. sendiri sentiasa berlindung kepada Allah dari ilmu yang tiada dimanfaatkan, dan dari hati yang tidak khusyu' (merendah).
Orang yang berilmu yang tiada beramal dengan ilmunya tidak mempunyai apa-apa pun selain gambaran ilmu itu dan bayangnya saja, tanpa makna dan hakikatnya. Setengah para salaf rahmatullahi-alaihim berkata: Ilmu itu sentiasa meminta diamalkan. Jika tidak disahut permintaannya, niscaya ia akan berpindah. Yakni: Jiwa ilmu itu dan cahaya serta berkatnya akan meninggalkan anda. Adapun gambarannya, maka ia akan tinggal menetap untuk menjadi alasan dan bukti terhadap si alim yang jahat itu.
Andaikata si alim tadi mengajarkan ilmunya kepada orang lain, niscaya ia menjadi seperti lilin yang membakar dirinya untuk menerangi orang lain. Ataupun seperti jarum yang menjahit pakaian untuk menutup orang lain, sedang dirinya tinggal telanjang.
Allah telah berfirman:
"Mengapa kamu menyuruh orang mengerjakan kebajikan, sedang kamu melupakan diri kamu sendiri, padahal kamu mem- baca Kitab. Tidakkah kamu mengerti?"
(al-Baqarah: 44)
Sabda Rasulullah s.a.w.
"Sesungguhnya orang alim ifu akan dibawa masuk ke dalam api neraka, lalu diburaikan isi perutnya dan diputarkannya di dalam api neraka itu, laksana keledai memutar batu giling. Kemudian ia diarak oleh ahli neraka. Mereka bertanya kepadanya: Apa salahmu? Ia menjawab: Aku sentiasa menyuruh orang berbuat baik, sedang aku tidak membuatnya. Aku melarang orang berbuat jahat, lalu aku membuatnya."
Lihatlah nasib si alim yang mengajar orang, tetapi ia sendiri tidak melakukan apa yang ia ajarkan. Tentulah ia rugi, dan perkaranya di kemuncak bahaya. Akan tetapi ia masih boleh dikatakan lebih baik dari nasib si alim yang tidak beramal dan tidak mengajar ilmunya kepada orang lain. Si alim ini tentu lebih rugi dalam segala jurusan. Ia akan binasa, kerana tidak ada sedikit faedah pun daripadanya, dan tidak berguna samasekali. Saya khuatir si alim ini akan tergolong ke dalam kumpulan orang-orang yang disifatkan oleh Nabi s.a.w. di dalam Hadisnya yang berikut:
"Akan diperintahkan beberapa kaum dari orang-orang yang memahami isi al-Quran untuk dibawa masuk ke dalam neraka sebelum penyembah-penyembah berhala. Lalu mereka memprotes: Kami dimulakan dahulu sebelum penyembah-penyembah berhala itu? Maka dijawab kepada mereka: Benar! Bukankah orang yang mengetahui itu tidak sama dengan orang yang tiada mengetahui?"
No comments:
Post a Comment